LI Ungkap Aliran Dana untuk Suriah dari 10 Lembaga Amal Indonesia
February 26, 2017
Add Comment
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, pada Mei 2015 pernah menyerahkan bantuan sebesar 20.000 USD kepada FIPS dan diterima oleh Angga Dimas dari HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia). (Liputan Islam). |
SO - Sebuah video yang diunggah oleh channel Euronews telah membuat gempar jagad media sosial Indonesia. Pasalnya, dalam video itu terlihat ada kardus-kardus bertuliskan Indonesia Humanitarian Relief (IHR) yang ditemukan di markas para pemberontak di distrik al-Kalasa. Warga setempat mengaku selama ini kelaparan sementara bahan pangan menumpuk di markas tersebut.
Pasca terusirnya kelompok-kelompok milisi bersenjata, warga segera menyerbu sebuah sekolah yang selama ini dijadikan markas dan gudang makanan oleh kelompok bersenjata yang bernama Jaish Al Islam itu. Mereka mengambil bahan-bahan pangan di sana dan membawanya pulang.
Kepada reporter Euronews, warga bernama Hanan al Salem berkata, “Mereka menghalangi kami [untuk mendapatkan] semua hal. Tidak ada susu, tidak ada masakan, daging, bahkan jeruk. Mereka melarang kami semuanya.”
“Mereka menyimpan semua barang di sini dan di sana,” kata warga lokal lainnya, Amer Saleem, sambil menunjuk ke beberapa bagian gedung. “Mereka tidak mengizinkan kami makan bahkan sepotong roti. Kami hampir mati kelaparan dan sering kami tidur dalam keadaan lapar.”
Dalam Fokus kali ini, LI akan melacak 10 lembaga yang aktif menggalang sumbangan untuk Suriah, yaitu: Aksi Cepat Tanggap, Indonesia Humanitarian Relief, Sinergi Foundation, Forum Indonesia Peduli Suriah, Sahabat Al Aqsha, Rumah Zakat, Yufid TV/Radio Rodja, Peduli Muslim, Misi Medis Suriah, dan Dana Peduli Umat Daarut Tauhid.
1. Aksi Cepat Tanggap (ACT)
ACT didirikan tahun 2005 di Jkt. Lembaga ini pada 2014 dilaporkan berhasil mengumpulkan dana 7,5 milyar perbulan (90 Milyar setahun) dari sumbangan masyarakat.
Dalam situsnya, Direktur ACT, Ahyudin, memuji-muji Turki, Erdogan, dan IHH (Insan Hak ve Hurriyetleri ve Insani Yardim Vakfi/ Yayasan untuk Hak Azasi Manusia, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan), sebuah LSM terbesar di Turki.
Menurut Ahyudin, “Semua yang diperlihatkan IHH, selaras dengan visi ACT. Tidak keliru kalau jika ACT merapat ke IHH dan menyerap inspirasi darinya.” ACT menyerahkan bantuan warga Indonesia untuk Suriah melalui IHH. (Nanti LI akan membahas lebih detil, siapa IHH sebenarnya).
2. Indonesia Humanitarian Relief (IHR)
IHR didirikan pada 17 Mei 2016 di Jakarta dan ketua umumnya adalah Ustadz Bachtiar Nasir (yang juga merupakan Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia-MIUMI). Saat peresmian IHR, Bachtiar Nasir menyatakan pihaknya akan mengirimkan bantuan uang sebesar 100 ribu Dolar Amerika bagi pengungsi Suriah yang berada di Turki.
“Pada Ramadhan kali ini bersama dengan Sinergi Foundation, kita memberikan bantuan kepada pengungsi Suriah yang dalam keadaan menderita,” ujarnya saat konferensi pers.
Bachtiar menambahkan, dalam penyaluran misi kemanusiaan tersebut, IHR bekerjasama dengan Insani Yardim Vakfi (IHH).
3. Sinergi Foundation (SF)
Menurut situsnya, SF resmi didirikan pada tahun 2011 meskipun aktivitasnya sudah dimulai pada tahun 2002. Tokoh-tokoh dalam yayasan yang berkantor di Jakarta ini adalah KH. Miftah Faridl, H. Rachmat Badruddin, H. Achmad Noe’man dan H. Erie Sudewo.
Seperti diungkapkan Bachtiar Nasir, IHR bekerja sama dengan SF dalam mengumpulkan dana masyarakat untuk Suriah. Rekam jejak Bachtiar Nasir selama ini menunjukkan sikapnya yang anti-Syiah dan selalu menyebarluaskan opini bahwa konflik di Suriah adalah konflik warga Sunni-Suriah melawan rezim Syiah. Bila kita melihat artikel-artikel yang diunggah di situs SF, terlihat lembaga ini juga sepemikiran dengan pandangan Bachtiar Nasir. Dana yang dikumpulkan SF diserahkan kepada IHR, dan IHR menyerahkannya pada IHH.
4. Forum Indonesia Peduli Suriah (FIPS)
Tokoh di FIPS ternyata juga Bachtiar Natsir. FIPS merupakan forum yang menggabungkan beberapa “lembaga yang peduli pada Palestina dan Suriah”, antara lain Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), KISPA, HASI, Sahabat Al Aqsha, Sahabat Suriah, Spirit of Aqsha hingga organisasi wartawan Jurnalis Islam Bersatu (JITU). FIPS membuat situs bernama bumisyam.com dan bila kita membaca artikel-artikel di situs itu terlihat jelas keberpihakan mereka kepada “mujahidin”, antara lain Ahrar Syam, Jabhah An-Nusrah, dan Jundul Aqsa.
Pada bulan Mei 2015, FIPS diberitakan memberikan bantuan kepada Abdullah Mustafa Rahal, yang disebut sebagai ulama Suriah yang mengelola sekolah di Al Ahbab di Idlib. Penyerahan bantuan dilakukan di Turki.
LI pun melacak, kemana Abdullah Mustafa Rahal berafiliasi? Dalam sebuah video ceramahnya, dia memberi pesan dan pujian kepada para mujahidin di Daraya. Saat dilacak, yang dimaksud adalah kelompok Liwaa’us Syuhada. Bulan Agustus 2016, mereka berhasil ditaklukkan oleh tentara pemerintah, lalu menjalin kesepakatan dengan pemerintah, yaitu mereka akan keluar sukarela dari Daraya menuju Idlib. Sebanyak 700 petempur pun pergi ke Idlib dan di sana bergabung dengan Jabhah Al Nusra.
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, pada Mei 2015 pernah menyerahkan bantuan sebesar 20.000 USD kepada FIPS dan diterima oleh Angga Dimas dari HASI (Hilal Ahmar Society Indonesia). Sekedar info, nama Angga tercantum dalam daftar anggota Al Qaida yang dirilis PBB.
5. Sahabat Al Aqsha (SA)
ihh-sahabat-al-aqshaSaat LI melacak situsnya, LI tidak/belum menemukan, kepada lembaga apa SA menyerahkan bantuan dari warga Indonesia. Namun, ketika dicek di google, tampak SA adalah ‘pengagum’ IHH (wow, IHH lagi?).
Lalu, LI menemukan video ini diupload tahun 2013, dimana di dalamnya seorang aktivis SA melaporkan sudah menyerahkan bantuan warga Indonesia di sebuah gudang penuh berisi makanan. Ada beberapa lelaki yang terlihat mondar-mandir tak jelas. Sama sekali tidak ada bukti/ petunjuk bahwa gudang itu ada di Aleppo, namun si aktivis mengaku berada di Aleppo. Si aktivis menyebut bahwa ‘sebagian wilayah Aleppo saat ini sudah kembali ke saudara-saudara kita pemerintahan Islam’ sehingga jelas kepada siapa keberpihakan SA.
Si aktivis menyatakan bahwa bantuan dari rakyat Indonesia diserahkan kepada lembaga bernama Jam’iyah ... (?) Artinya, tidak langsung ke tangan masyarakat.
6. Rumah Zakat (RZ)
Dari berita di situsnya, disebutkan bahwa RZ menyerahkan bantuan masyarakat Indonesia ke wilayah Reyhanli, Turki, dengan dikoordinasikan bersama IHH [IHH lagi! Penasaran siapa IHH?]
Baiklah, sebelum lanjut ke lembaga amal no 7,8,9, kita bahas dulu IHH
IHH adalah LSM terbesar di Turki. Direktur ACT dalam tulisannya memuji-muji IHH, “IHH juga mengelola puluhan kamp pengungsi Suriah lengkap dengan shelternya, selain membangun perkampungan yatim terbesar di dunia dengan fasilitas lengkap seperti rumah, sekolah, fasilitas olahraga, juga taman rekreasi. IHH, wajah ideal lembaga kemanusiaan kelas dunia dengan kemampuan menggerakkan filantropi multisegmen, menyasar seluruh stakeholders dunia.”
Namun berbagai laporan menunjukkan bahwa IHH memiliki “kerja sampingan”, yaitu menyuplai senjata kepada “mujahidin”.
Pada tanggal 3 Januari 2014, harian Turki Hurriyet melaporkan bahwa polisi Turki memergoki truk-truk bantuan atas nama IHH ternyata juga berisi amunisi dan senjata yang akan dikirim kepada pasukan-pasukan “jihad” Suriah. Truk itu bahkan didampingi oleh pejabat dari Organisasi Intelijen Nasional (MIT) Turki. Beberapa hari sebelumnya, pemerintah Suriah secara resmi mengirim surat protes kepada PBB atas tindakan Turki yang secara sistematis menyuplai senjata kepada para militan yang ingin menggulingkan pemerintah Suriah. Menurut Dubes Suriah untuk PBB, “Mereka [para teroris] dilatih di perbatasan Turki-Suriah, dan setelah itu otoritas Turki membantu mereka untuk masuk ke wilayah Suriah.”
Anehnya, Erdogan langsung menghalang-halangi media massa mengekspos masalah ini. Pada tanggal 26 November 2014, dua wartawan dipenjara karena menulis mengenai kasus ini, yaitu Pemred Cumhuriyet Can Dündar dan pimpinan biro harian Ankara, Erdem Gül. Bahkan Erdogan langsung yang membuat tuntutan atas kedua jurnalis itu, dengan alasan, “Kisah [yang ditulis] memuat beberapa rekaman dan informasi yang tidak faktual.” Erdogan juga mengatakan, “Orang yang menulis tentang hal ini akan membayar ‘harga’ yang mahal.”
Twitter dan Facebook segera diblokir setelah merebaknya kasus ini. Dewan Tinggi Radio dan Televisi pun menyampaikan surat perintah dari pengadilan kepada semua media massa cetak, online, dan televisi yang berisi larangan memberitakan kasus ini. Website Hurriyet yang melaporkan proses pengadilan atas kasus ini juga disuruh menghapus semua kontennya.
Menurut Ahmet Sait Yayla, mantan pejabat polisi Turki yang terlibat langsung dalam penyelidikan kasus ini, ”Pemimpin IHH ditangkap sebagai hasil dari investigasi ini pada saat itu, karena bukti yang kami peroleh menunjukkan bahwa kelompok ini banyak memberikan dukungan untuk ISIS. IHH telah menyediakan senjata dan amunisi untuk banyak kelompok jihad di Suriah, bukan hanya ISIS.”
Aljazeera melaporkan, polisi anti-teror Turki menggerebek beberapa kantor IHH di perbatasan Turki-Suriah dan menangkap beberapa orang dengan tuduhan terkait dengan Al Qaida.
Tentu saja, IHH menolak lembaganya dikaitkan dengan penyelundupan senjata itu. Sekjen IHH Yasar Kutluay menyatakan, “Ini adalah kampanye kotor yang didukung oleh orang di dalam dan di luar Turki… Orang-orang ingin mencitrakan Turki sebagai pendukung terorisme.”
Anda percaya versi cerita yang mana? Pilihan ada di tangan Anda.
7. Yufid TV/Radio Rodja
8. Peduli Muslim
Dalam websitenya, Yufid TV menyatakan bahwa donasi dari masyarakat Indonesia diserahkan ke ‘perwakilan relawan’, yaitu Ustadz Muhammad Nurhuda (alias Abu Saad) pada Oktober 2013. Besarnya dana yang diserahkan USD 45.187. Menurut situs itu, Radio Rodja/Rodja TV dan Peduli Muslim juga menitipkan uang kepada Abu Saad, yang totalnya sekitar 4-5 miliar rupiah.
Abu Saad telah meninggal dunia pada 15 Agustus 2016. Dalam video ini ini menit ke 5:55, Abu Saad menyebut Ahrar Sham sebagai “mujahidin”. Dan pada menit ke 6:35 ia berkata, “Saya saksikan sendiri ISIS membunuh salah satu pimpinan Jabhah Nusrah di wilayah Idlib, padahal dia terkenal sebagai orang yang akhlaknya mulia…” Di sini jelas Abu Saad berafiliasi dengan kelompok bersenjata Ahrar Syam dan Jabhah Nusrah.
9. Misi Medis Suriah (MMS)
Menurut situsnya, MMS didirikan oleh Fathi Yazid Attamimi. Awalnya, MMS menitipkan donasi kepada KISPA (Komite Solidaritas Indonesia Palestina) pimpinan Ust. Ferry Nur yang berangkat langsung ke Turki dan menyerahkan bantuan melalui IHH (lagi!). Kemudian, MMS mengirim dana sekitar 15 M langsung ke Suriah. Melacak sepak terjang MMS tidak sulit karena Fathi Yazid sangat aktif bermedsos. Dia secara terang-terangan menunjukkan keberpihakan kepada faksi Free Syrian Army. Foto-foto aktivis MMS yang berpose bersama pasukan pemberontak dengan mudah ditemukan. Antara lain ini:
10. Dana Peduli Umat Daarut Tauhid.
DPU DT dipimpin oleh Ust Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Pada bulan Januari 2016, DPU DT menyerahkan bantuan masyarakat sebesar 40 juta kepada Misi Medis Suriah, sebagaimana diberitakan dalam website DT.
LI menyarankan agar masyarakat yang ingin membantu rakyat sipil (bukan pemberontak) menyalurkan bantuan kepada lembaga yang bekerja sama dengan KBRI, lebih aman.
Akhirul kalam, LI sekedar mengutip kata-kata ulama Suriah, Prof Taufiq al Bouthi (anak Syekh Al Bouthi yang syahid di masjid karena bom bunuh diri “mujahidin”): “Terkait pengumpulan dana untuk Suriah, saya yakin bahwa dana tersebut tidak akan sampai ke Jabhat al-Nusra, FSA apalagi rakyat Suriah. Namun, dana itu hanya akan sampai ke kantong-kantong para pencari sumbangan.” Percaya atau tidak, terserah Anda. (Sumber: liputanislam)
0 Response to "LI Ungkap Aliran Dana untuk Suriah dari 10 Lembaga Amal Indonesia"
Post a Comment
Silahkan Komentari Artikel ini