Tak Berani Hadapi Tentara Dayak, Tengku Zulkarnain Batal Mati Syahid

Tak Berani Hadapi Tentara Dayak, Tengku Zulkarnain Batal Mati Syahid
SO - Sejumlah orang yang mengatasnamakan Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang menolak kedatangan Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Tengku Zulkarnain sesaat setelah dia mendarat di Bandara Susilo, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Kamis, 12 Januari 2016.

“ini kami kafir! Di sini tanah kafir jangan diinjak!” teriak mereka ke Tengku Zulkarnain. Informasi penolakan kedatangan Tengku Zulkarnain Kabupaten Sintang ini menyebar di media sosial dan youtube. 

Selain itu, masih dalam kesempatan yang sama mereka yang mengatasnamakan Forum Pemuda Dayak juga membentangkan spanduk menuntut FPI dibubarkan. 

“FPI Ormas anti Pancasila dan UUD 1945, harus dibubarkan,” demikian tulis spanduk tersebut.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Komisaris Besar Suhadi S.W membenarkan adanya aksi tersebut. “Memang benar ada penolakan dari warga,” ujarnya.

Aksi penolakan tersebut bermula saat sejumlah orang yang tergabung dalam DAD Sintang akan menjemput Ketua DAD Kalimantan Barat, Cornelis, yang juga merupakan gubernur provinsi tersebut, pada saat yang sama. Mereka bergerak dari Gedung Pancasila, Kelurahan Alai, Kecamatan Sintang, menuju Bandara Susilo.

Saat menunggu kedatangan Cornelis, mereka mendengar kabar bahwa Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain beserta rombongan datang menggunakan maskapai Garuda. Dipimpin anggota DAD bernama Andreas, aksi penolakan pun terjadi.

Dalam aksinya, Andreas menyatakan masyarakat Sintang, khususnya warga Dayak Sintang, menolak kedatangan Tengku Zulkarnain dan melarangnya menginjakkan kaki di tanah kabupaten tersebut. 

Warga Dayak Sintang menolak kedatangan Tengku Zulkarnain karena sebelumnya dia pernah mengungkapkan bahwa warga suku Dayak kafir, tidak pantas masuk surga, dan lebih buruk daripada binatang. 

Menurut Andreas, warga Dayak Sintang tak membenci MUI, tapi tidak menyukai Tengku Zulkarnain karena dianggap telah menghina suku Dayak.

Karena aksi tersebut, pada pukul 10.30 WIB, Tengku Zulkarnain beserta rombongan tidak jadi turun dari pesawat dan langsung meninggalkan Sintang menggunakan pesawat Garuda Indonesia menuju Pontianak.

Suhadi menegaskan, penolakan ini adalah bentuk kesalahpahaman semata. 

“Saat ini, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sintang yang terdiri atas Bupati, Kepala Kepolisian Resor, Komandan Distrik Militer, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama, serta Majelis Ulama Indonesia Sintang sedang berembuk agar masyarakat tidak terpancing dengan isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan,” katanya. 

Pihak kepolisian meminta semua pihak tidak terprovokasi dan bisa memberikan arahan yang menyejukkan kepada umat Islam di Sintang.

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Adat Dayak Nasional Yakobus Kumis menegaskan bahwa penolakan kedatangan Wakil Sekretaris Jenderal MUI (Majelis Ulama Indonesia) Tengku Zulkarnain di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, bersifat spontan. Sekitar 30 orang mengatasnamakan Dewan Adat Dayak Sintang keberatan atas kedatangan Tengku Zulkarnain dan rombongan pada Kamis pagi, 12 Januari 2017.

"Hari ini, (Kamis, 12 Januari 2017) sebenarnya merupakan kegiatan pelantikan Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Sintang oleh Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, Cornelis, yang juga Ketua Umum Dewan Adat Dayak Kalbar, sekaligus Gubernur Kalbar,” kata Yakobus. Saat itu juga Tengku Zulkarnain kembali ke Pontianak.

Kejadian di Bandar Udara Susilo Sintang itu, Yakobus mengaku sedang berada di Pendopo Bupati Sintang bersama jajaran Musyawarah Pimpinan Kabupaten. Cornelis yang didaulat melantik Ketua DAD Sintang. “Namun Pak Cornelis batal, karena harus melantik pejabat eselon III dan eselon IV,” kata Yakobus. 

Yakobus melanjutkan, sejumlah pemuda yang semula berada di lokasi pelantikan, tiba-tiba pergi ke bandara. Mereka tidak mengetahui pembatalan pelantikan oleh Cornelis. “Setelah pesawat mendarat, mereka melihat ada yang berpakaian jubah dan bersorban. Awalnya mereka mengira FPI (Forum Pembela Islam),” kata Yakobus.

Sambil membentangkan spanduk penolakan, mereka berorasi menuntut pembubaran FPI dan ormas anti Pancasila dan UUD 45. 

“Mereka sudah diinformasikan bahwa yang datang bukan perwakilan FPI. Tetapi, secara individu, mereka juga membaca pernyataan Tengku di media massa yang mendeskriditkan non-muslim. Dia (Tengku Zulkarnain) juga ikut ambil bagian dalam aksi 411 (demo 4 November 2016),” tutur Yakobus.

Seorang sumber di DAD menyatakan, spanduk tersebut sebenarnya sudah disiapkan untuk aksi penolakan FPI yang akan dilakukan pada Minggu 15 Januari 2017. “Tapi dipakai saat aksi di bandara,” ujar sumber tersebut.

Kedatangan Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Tengku Zulkarnain, di Pontianak mendapat penolakan dari sejumlah ormas Dewan Adat Dayak Sintang. Hingga saat ini, MUI Kalimantan Barat belum bersikap atas penolakan tersebut.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Indonesia Kalbar, Hasyim Dahlan, mengatakan tidak mengetahui kedatangan Tengku Zulkarnain, di Pontianak. “Saya tidak tahu ada kunjungan ini. Saya memang sedang tidak sehat,” kata Hasyim saat dihubungi, Kamis 12 Januari 2017. 

Kedatangan Tengku Zulkarnain ke Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebenarnya hendak mengisi kegiatan Tabligh Akbar. Tengku datang didampingi, Kepala LPKA Kabupaten Bengkayang, Effendy Khoiri.

Kepala Bidang Humas Polda Kalbar, Kombes Pol Suhadi SW, membenarkan tujuan kedatangan Tengku adalah untuk tabligh akbar. 

“Rencananya road show ke Sanggau, Sintang, Melawi dan Sekadau. Namun, dengan kejadian ini terpaksa dibatalkan,” katanya. Pejabat kepolisian setempat, kata Suhadi, juga tidak mengetahui jika Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain, datang hari ini. (ibnu/tempo)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tak Berani Hadapi Tentara Dayak, Tengku Zulkarnain Batal Mati Syahid"

Post a Comment

Silahkan Komentari Artikel ini

Iklan Atas Artikel

Iklan

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan

Iklan Bawah Artikel

Iklan